AKU YANG TERLUPAKAN
Oleh Khaerul Mi'roj
Hanya dapat duduk dipinggir pusaraku…
Sambil melihat peristirahatanku yang semakin hari semakin memprihatinkan
melihat rumput – rumput liar yang tumbuh seenaknya belum lagi tumpukan dedaunaan kering
Yang meyemakkan pandanganku.
Nisanku pun sudah mulai keropos diterjang hujan deras dan panas yang teramat terik
Hingga ukiran namaku sudah mulai menghilang dari batu itu.
Aku yang terlupakan…..
Hanya dapat duduk termenung sambil melihat ke segala penjuru tempat itu
Berharap akan ada seseorang yang menghampiriku,
Namun telah lama mereka tidak datang kesini untuk membersihkan pusaraku,
Menghiasinya dengan taburan bunga – bunga
memberikan air mawar sebagai aromatherapinya
dan memanjatkan doa sebagai kedamaiannya.
Entah apa yang membuat mereka tidak pernah menemuiku lagi,
Kesibukan kah atau kelupaan mereka akan diriku?
Akupun tak tahu!!!!
Pandanganku beralih pada seseorang yang sedang berdoa
Tepat dibelakang makamku…
Menaburkan bunga – bunga penuh dengan rasa haru dan ikhlas…
Membersihkan dan memperindah makam itu.
Terlihat seorang bocah kecil memakai baju putih yang tersenyum bahagia
Melihat semua itu…
Membisikkan ucapan terimakasih tepat ditelingan lelaki paruh baya itu,
Yang ternyata itu adalah ayahnya.
Sebuah bisikan yang takkan pernah didengar oleh lelaki itu.
Dengan tetesan airmata aku membuang wajahku
Untuk melihat semua itu.
Sungguh bahagia gadis kecil itu!!!
Sore ini, hujan turun lagi
Namun aku belum juga beranjak untuk berteduh
Karena tanpa payungpun aku tidak akan pernah kebasahan
Aku masih terus menunggu dan menangis!!!
Tapi percuma tak ada seorangpun yang datang!!!
Hanya airmata yang mengalir dipipiku bersama dengan rintik – rintik hujan….
Tak lama kemudian, hujan mereda…
Hembusan angin berdesir lembut dan menyejukan…
“ Angin….. maukah kau menolongku untuk menerbangkan dedaunan kering ini
Dari tempatku? Karena aku tak mampu melakukannya
Dan tak ada seorangpun yang datang untuk memperindah tempat ini.
Hujan dan terik matahari, maukah kau memayungi tempatku ini dan menjaga Nisanku agar tidak keropos?? Supaya mereka bisa menandai keberadaanku dengan membaca ukiran namaku pada batu itu.
Rumput – rumput liar, tak bisakah kau hidup ditanah lain selain tempatku? Tak bisakah kau mengerti sedikit saja???
Pohon kamboja yang tumbuh rindang diatas sana, maukah kau menggugurkan satu atau dua kelopak – kelopak bungamu untukku? Maukah kau memperindah pusaraku ini??
Tak bisakah kalian melakukan semua itu untukku???
Karena aku tak tahu harus kepada siapa lagi aku meminta bantuan ini.
Tak bisakah kalian melakukan semua itu untukku???
Karena aku tak tahu harus kepada siapa lagi aku meminta bantuan ini
Karena aku hanyalah raga yang telah mati
Dan terlupakan oleh segelintir orang – orang diluar sana
Yang tidak memperdulikan aku
Yang berada disini…..
Oleh Khaerul Mi'roj
Hanya dapat duduk dipinggir pusaraku…
Sambil melihat peristirahatanku yang semakin hari semakin memprihatinkan
melihat rumput – rumput liar yang tumbuh seenaknya belum lagi tumpukan dedaunaan kering
Yang meyemakkan pandanganku.
Nisanku pun sudah mulai keropos diterjang hujan deras dan panas yang teramat terik
Hingga ukiran namaku sudah mulai menghilang dari batu itu.
Aku yang terlupakan…..
Hanya dapat duduk termenung sambil melihat ke segala penjuru tempat itu
Berharap akan ada seseorang yang menghampiriku,
Namun telah lama mereka tidak datang kesini untuk membersihkan pusaraku,
Menghiasinya dengan taburan bunga – bunga
memberikan air mawar sebagai aromatherapinya
dan memanjatkan doa sebagai kedamaiannya.
Entah apa yang membuat mereka tidak pernah menemuiku lagi,
Kesibukan kah atau kelupaan mereka akan diriku?
Akupun tak tahu!!!!
Pandanganku beralih pada seseorang yang sedang berdoa
Tepat dibelakang makamku…
Menaburkan bunga – bunga penuh dengan rasa haru dan ikhlas…
Membersihkan dan memperindah makam itu.
Terlihat seorang bocah kecil memakai baju putih yang tersenyum bahagia
Melihat semua itu…
Membisikkan ucapan terimakasih tepat ditelingan lelaki paruh baya itu,
Yang ternyata itu adalah ayahnya.
Sebuah bisikan yang takkan pernah didengar oleh lelaki itu.
Dengan tetesan airmata aku membuang wajahku
Untuk melihat semua itu.
Sungguh bahagia gadis kecil itu!!!
Sore ini, hujan turun lagi
Namun aku belum juga beranjak untuk berteduh
Karena tanpa payungpun aku tidak akan pernah kebasahan
Aku masih terus menunggu dan menangis!!!
Tapi percuma tak ada seorangpun yang datang!!!
Hanya airmata yang mengalir dipipiku bersama dengan rintik – rintik hujan….
Tak lama kemudian, hujan mereda…
Hembusan angin berdesir lembut dan menyejukan…
“ Angin….. maukah kau menolongku untuk menerbangkan dedaunan kering ini
Dari tempatku? Karena aku tak mampu melakukannya
Dan tak ada seorangpun yang datang untuk memperindah tempat ini.
Hujan dan terik matahari, maukah kau memayungi tempatku ini dan menjaga Nisanku agar tidak keropos?? Supaya mereka bisa menandai keberadaanku dengan membaca ukiran namaku pada batu itu.
Rumput – rumput liar, tak bisakah kau hidup ditanah lain selain tempatku? Tak bisakah kau mengerti sedikit saja???
Pohon kamboja yang tumbuh rindang diatas sana, maukah kau menggugurkan satu atau dua kelopak – kelopak bungamu untukku? Maukah kau memperindah pusaraku ini??
Tak bisakah kalian melakukan semua itu untukku???
Karena aku tak tahu harus kepada siapa lagi aku meminta bantuan ini.
Tak bisakah kalian melakukan semua itu untukku???
Karena aku tak tahu harus kepada siapa lagi aku meminta bantuan ini
Karena aku hanyalah raga yang telah mati
Dan terlupakan oleh segelintir orang – orang diluar sana
Yang tidak memperdulikan aku
Yang berada disini…..